FOLKLOR BUKAN LISAN, MAKANAN RAKYAT


MAKANAN RAKYAT
 (Foklor)


Disusun oleh Kelompok 8:
1.      Anggit Prayogi 1513041067
2.      Mutiara Indah Siagian 1513041063
3.      Putri Shima Arifani 1513041001
4.      Ratih Lintang Maretha 1513041077
5.      Sari Agung Tamba 1513041075




                                

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018

  


DAFTAR ISI
SAMPUL MAKALAH
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
1.2    Rumusan Masalah
1.3    Tujuan Penulisan 
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Makanan Rakyat 
2.2 Cara Memperoleh Makanan 
2.3 Cara Pengolahan Makanan 
2.4 Cara Penyajian
2.5 Fungsi Makanan 
2.6 Contoh Foklor Bukan Lisan Makanan Rakyat Lampung
DAFTAR PUSTAKA

 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Foklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun, di antara kolektif macam apa saja. Secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun bukan lisan contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Danandjaja, 1997:1). Folklor terbagi menjadi tiga, yaitu folklor lisan, folkor sebagian lisan, dan foklor bukan lisan. Salah satu yang termasuk kedalam folklor bukan lisan salah satunya adalah Makanan Rakyat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (online) makanan adalah segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua proses dalam tubuh. Makanan memiliki beragam jenis yang unik dan khas setiap daerahnya. Makanan rakyat adalah makanan khas dari daerah yang dilestarikan sampai saat ini masih dilestarikan. Makanan rakyat yang ada di Indonesia memiliki keaneka ragaman, setiap daerah memiliki makanannya sendiri-sendiri. Misalnya seruit dari Lampung, gudeg khas Yogyakarta, dan lain-lain. Penulis membuat makalah ini karena memenuhi tugas kuliah dan tertarik dengan keunikan jenis folkor bukan lisan yaitu makanan rakyat yang memiliki keunikan tersendiri.
                                         
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan pada latar belakang, penyusun membuat rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Apakah yang dimaksud makanan rakyat?
2.      Bagaimanakah cara memperoleh makanan?
3.      Bagaimanakah cara pengolahan makanan?
4.      Bagaimanakah cara penyajian makanan?
5.      Apa fungsi makanan?
6.      Apa saja contoh foklor bukan lisan makanan rakyat Lampung?

1.3  Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah disampaikan penyusun sebelumnya, tujuan dari makalah ini sebagai berikut.
1.    Mengetahui pengertian makanan rakat.
2.    Mengetahui cara memperoleh makanan.
3.    Mengetahui cara pengolahan makanan
4.    Mengetahui cara penyajian makanan.
5.    Mengetahui fungsi makanan.
6.    Mengetahui contoh foklor bukan lisan makanan rakyat Lampung.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makanan Rakyat
Reaksi spontan kita pada waktu menghadapi pertanyaan yang menanyakan  'apakah itu makanan' adalah: "Makanan adalah makanan!" atau "Makanan adalah bahan yang dapat kita makan atau mengenyangkan perut'. "Namun jika kita mau berfikir lebih mendalam lagi, maka jawabnya tidak sesederhana itu. Memang pertanyaan yang bemada naif itu, ternyata tidak naif sama sekali seperti yang kita anggap semula. Pertanyaan itu menjadi naif karena kita pada umumnya adalah sangat emosentris. Hal ini dapat kita buktikan bahwa tidak semua bahan yang secara ilmu gizi dapat dimakan adalah makanan bagi semua suku bangsa, bangsa atau pemeluk agama yang berlainan.

Babi misalnya bagi orang Nasrani adalah makanan yang sangat dianjurkan karena kelezatannya dan penuh gizi; namun bukan merupakan makanan orang Muslim. karena ditabukan oleh ajaran agamanya. Sehingga bahan yang sama jika disebutkan akan menimbulkan perasaan berbeda. Istilah daging bagi jika didengar orang Nasrani akan dapat mengeluarkan air liur di dalam mulumya, maka bagi orang Muslim akan menimbulkan rasa mual. Sewaktu saya berada di Manado diundang menikmati dagingtikus ladang goreng oleh seorang kawan asal sana, saya sempat menceritakan kepadanya bahwa di Hong Kong ada orang yang menjual daging kucing. maka reaksi kawan saya itu dengan nada jijik, sambil terus menikmati daging tikus: "Masa kucing dimakan, memangnya di sana tidak ada daging lain yang patut dimakan?" (danandjaja, 1997:181- 182).

Kesimpulan dari uraian di atas apakah suatu bahan itu merupakan makan atau bukan makan, sangat ditentukan kebudayaan kolektif masing-masing Kesimpulan tadi sesuai sekali dengan pendapat George M. Foster dan Barbara Gallatin Anderson (dalam Danandjaja, 1997: 182)  mengatakan bahwa kebudayaan adalah yang menentukan suatu itu merupakan makanan atau bukan (1978: 265 ).

2.2 Cara Memperoleh Makanan
Cara memperoleh makanan ada macam-macam. Namun dalam garis besarnya dapat digolongkan menjadi dua kategori, yakni langsung mengambilnya dari alam seperti meramu, memburu, dan menangkap ikan atau binatang laut lainnya dan dengan memproduksikannya. Cara yang terakhir ini dapat terdiri dari menanam tanaman di sawah, ladang atau kebun; memelihara temak di petemakan; atau memelihara ikan atau binatanglaut/air tawar di tambak atau kolam. Perlu kiranya diperhatikan bahwa untuk kegiatan memperoleh makanan ini sering diiringi pula dengan upacara-upacara kepercayaan/keyakinan/ keagamaan baik yang bersifat sekadamya maupun yang semarak (Danandjaja, 1997: 184).
Bentuk-bentuk pengolahan makanan tradisional adalah proses pemasakan dan peragian (fermentation) direndam air garam atau dibungkus dengan abu dan garam atau bahkan batu bata dan garam. Pada proses pemasakan pada makanan tradisional Jawa dikenal cara-cara digodhog atau direbus, didang atau dikukus, digoreng, dogangsa (digoreng dengan minyak yang sangat sedikit), disangrai (digoreng tidak dengan minyak atau dengan pasir), ditim, dibakar, dipanggang, dan dideplok atau ditumbuk. Adapun makanan yang dihasilkan dari peragian adalah tape ketela pohon, tape beras ketan, dan pembuatan tempe benguk, tempe gembus, tempe dhele, tempe bungkil, dan tempe bongkrek, Makanan yang dihasilkan dari proses pemasakan direbus adalah gedhang godhog atau pisang rebus, kacang godhog atau kacang tanah rebus, dhele godhog atau kedelai rebus, tela godhog atau ketela rebus, serta semua umbi—umbian yang direbus. Makanan yang dihasilkan dari pengukusan adalah nasi jagung yang dimasak menggunakan dandang dan kencengkemudian dikukus dengan kukusan pembuatan bothok, pepes, dan pelas. Pemasakan yang menggunakan proses digoreng adalah aneka masakan berbentuk gorengan, sedangkan makanan yang diproses dengan digangsa, yaitu tumis/ oseng-oseng, untuk pembuatan makanan yang diproses dengan disangrai adalah kerupuk, kacang, jagung. Untuk makanan yang diproses dengan ditim adalah nasi tim dan makanan lain yang berbentuk tim. Makanan yang dihasilkan dengan dibakar, yaitu sate, jagung, bahkan pisang bakar, dan sebagainya. Makanan yang dihasilkan dengan dipanggang adalah ikan panggang; daging panggang, ayam panggang, dan sebagainya. Makanan yang dihasilkan dengan didheplok atau ditumbuk adalah gethuk, gemblong, atau jadah (Endraswara, 2013: 136- 137).

2.3 Cara Pengolahan Makanan 
Menurut Lévi-Strauss yang dituangkan di dalam bukunya yang berjudul Mythologique I: Le Cru et le Cuit [Metologi l: Yang Mentah dan Yang Masak] (1964), bahwa manusia secara universal mengolah makanannya, walaupun sering kali ia juga menyukai makanan yang masih mentah, namun di antara menunya itu selalu ada juga yang dimasak atau diolah lebih dahulu (dalam Danandjaja, 1997: 182). Selanjutnya ia pun mengatakan bahwa makanan manusia secara keseluruhan dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yakni: melalui proses pemasakan; melalui proses peragian (fermentation): dan makanan yang masih mentah, dalam arti bebas dari salah satu cara pengolahan. Apa yang disebut Levi-Strauss adalah yang universal. sedangkan yang tidak termasuk universal sudah tentu masih ada lagi. yakni a.l. dengan cara merendamnya di dalam garam (marinate) seperti membuat telur asin, mangga asin dan lain-lain); atau merendam di dalam air abu seperti membuat telur seribu tahun (one thousand years egg). Dan cara lain lagi adalah merendamnya ke dalam cuka, dan mengasapnya seperti dalam pembuatan ikan asap atau ham.

Jenis makanan mentah di Indonesia terutama terdiri dari sayur-mayur tertentu (lalapan), daun-daun tertentu dan buah-buahan. Namun pada suku-suku bangsa tertentu di Indonesia dapat terdiri juga dari daging binatang darat, binatang laut, telur unggas, dan serangga. Daging mentah sebagai makanan bukan monopoli bangsa kita saja, karena orang Tartar mempunyai makanan yang disebut steak tartar [bistik tartar] yang berupa daging mentah yang dicacah serta diberi ramu-ramuan. Demikian juga pada orang Jepang, yang pada menunya sering kali ada ikan mentah atau binatang laut mentah Iainnya. Dan demikian juga dengan orang Belanda yang mempunyai makanan kesayangan yang berupa ikan hering mentah yang dicampuri garam dan bawang mentah pada waktu dihidangkannya. Jadi memakan daging mentah bukanlah kebiasaan orang Asia saja, melainkan juga orang Eropa, sehingga kita tidak usah merasa khawatir dikatakan primitif oleh karenanya. Sewaktu saya mengadakan penelitian di desa Trunyan selain pemah disajikan darah mentah dicampur dengan kelapa yang telah diparut (Iawar atau uraban), tetapi juga minuman yang terbuat dari darah hewan yang diberi campuran bumbu- bumbu seperti kencur, jahe, cabe kecil, air jeruk limau dan garam, yang kesemuanya disajikan dalam keadaan mentah. Rasanya sedap hanya setelah minum untuk beberapa waktu terasa pedih di hulu hati.

Makanan yang dimasak adalah makanan yang sebelum dihidangkan diolah dahulu dengan mempergunakan panasnya api secara langsung maupun tidak langsung. Yang langsung adalah pemanggangan di atas api tanpa ada alas (daging bakar atau sate). Yang tidak langsung adalah dengan cara merendam- nya di dalam rninyak atau air yang telah dididihkan dengan api di bawahnya (goreng atau rebus), atau dimasukkan ke dalam oven (panggangan), atau ke dalam abu dapur panas (ditambus), atau dimasukkan ke dalam uap air panas (dikukus).

Cara pengolahan yang lain adalah peragian atau disebut juga fermentasi. Caranya adalah dengan menularkan spora-spora ragi pada bahan makanan tertentu, agar terjadi perubahan secara kemikal. Tepung yang diragikan dapat berubah menjadi gula. yang selanjutnya dapat berubah menjadi alkohol atau pun cuka. Makanan yang diolah dengan cara peragian ini, di Indonesia adalah a.l: tempe, oncom, tape (singkong, betas, ketan dan lain-lain). Buah-buahan yang diragikan adalah durian (tempayak), jengkol (jengkol béwék). dan keluak Buah yang terakhir ini tidak ada yang makan sebelum diragikan dahulu ikan yang telah mengalami proses ini adalah engkoi/arsip dari Bangka-Baliton, yang terbuat dari ikan teri. Udang yang telah mengalami proses ini a.l. adalah udang tapai dan terasi yang sedap itu dan banyak mengandung vitamin B.

Banyak makanan dan bumbu pelezat makanan tak dapat terjadi tanpa melalui proses fermentasi. Mereka itu adalah keju, roti, bakpau. kue mangkok, kecap dan lain-lain. Selain makanan ada banyak minuman yang baru dapat diciptakan alhasil bantuan proses fermentasi. Minuman tersebut a.l. adalah bit, anggur, wiski, brem, tuak, yogur, dan lain-lain.

Fermentasi dapat dilakukan di dalam sebuah wadah yang terbuat dari tembikar, gelas, batu, kayu, plastik, maupun kulit buah tertentu (gourd), bahkan juga perut binatang seperti luak. Dari perut binatang luak inilah menurut kepercayaan orang dapat dihasilkan kopi luak yang mahal itu.

Di antara dua cara pemrosesan makanan. yakni memasak dan fermentasi, terdapat banyak makanan yang harus melalui kedua-duanya sebelum dapat dihidangkan sebagai makanan yang lezat. Tempe misalnya adalah kacang kedele yang telah mengalami proses peragian, namun belum enak dimakan sebelum dimasak tedebih dahulu, dengan cara menggoreng, memanggang ataupun merebus.

2.4 Cara Penyajian
Cara penyajian makanan dapat-bersifat sederhana. tetapi dapat juga bersifat megah. Tujuan penyajian makanan dapat untuk orang hidup. tetapi dapat juga untuk roh orang mati, roh pribadi yang masih hidup, roh leluhur, roh halus lainnya, dewa, Tuhan, maupun roh jahat. Anehnya sering kali pada suku bangsa tertentu seperti orang Bali. sesajian yang dipersembahkan kepada roh jahat (buta kala) adalah lebih megah dan beraneka ragam daripada yang dipersembahkan kepada roh leluhur dan para dewa. Perbedaan perlakuan ini diadakan karena maksudnya berbeda. Yakni jika maksud persembahan kepada dewa adalah untuk menunjukkan rasa bakti, hormat, terima kasih, maka maksud persembahan untuk para roh jahat adalah untuk "menyogok" atau mengambil hati (placate) mereka. agar mereka tidak menyusahkan hidup warga desa yang masih hidup.

Cara penyajian makanan untuk sebari-hari adalah sederhana. sedangkan untuk pesta atau upacara adalah lebih rumit. bahkan sering kali juga lebih sedap untuk dipandang dan pada dimakan. Dari cara menyajikan makanan dapat juga dijadikan ukunm mengenai taraf perkembangan dari kebudayaan suatu suku bangsa.

2.5 Fungsi Makanan
Jenis makanan mempunyai arti simbolik, dalam arti mempunyai arti sosial, agama, dan lain-lain. Arti sosial dalam arti mempunyai fungsi kemasyarakatan seperti untuk mempererat kesatuan desa, memperkukuh kedudukan golongan tertentu dalam masyarakat, membedakan status golongan berdasarkan perbedaan seks, usia, kasta, dan lain-lain.Untuk memperkuat arti simbolik itu, sering fungsi tersebut dihubungkan dengan suatu kepercayaan, keyakinan. atau-takhyul. Dan untuk menunjangnya sering ada sanksinya baik yang berupa hukuman konkret maupun gaib.
Biarpun makanan jelas penting untuk kehidupan biologis, namun ia juga penting demi hubungan sosial. Menurut Foster dan Anderson (dalam Danandjaja 1997: 188) secara simbolis makanan Sedikitnya dapat berupa empat ungkapan, yakni (a) ikatan sosial, (b) solidaritas kelompok, (c) makanan dan ketegangan jiwa dan (d) simbolisme makanan dalam bahasa.
2.6 Contoh Foklor Bukan Lisan Makanan Rakyat Lampung

1. Seruit

Seruit adalah sebuah masakan khas dari Lampung, makanan ini merupakan sebuah masakan dari ikan yang digoreng, boleh juga ikan bakar. Seruit ini sangat populer bagi masyarakat Lampung karena menjadi sebuah sajian khas di dalam acara-acara adat tertentu dan acara berkumpul pada pesta pernikahan atau kegiatan keagamaan. Bahkan seruit juga bisa dinikmati dalam masakan untuk sehari-hari di kalangan masyarakat Lampung.

Ada beberapa tahap yang harus dilakukan untuk membuat seruit. Prosesnya dimulai dengan menyiapkan bumbu untuk dihaluskan. Bumbunya berupa bawang putih, garam, kunyit, dan jahe.Setelah itu, ikan pun dibakar selama sepuluh menit. Saat sudah setengah matang, ikan diolesi dengan kecap manis dan campuran bumbu dari bawang putih, garam, dan ketumbar. Sementara, sambal untuk campuran seruit adalah cabai merah, cabai kecil, garam, penyedap rasa, rampai, dan terasi bakar. Bahan sambal ini lalu ditumbuk hingga halus.

Uniknya, menikmati, seruit harus ditambahkan dengan tempoyak, yakni durian yang sudah diawetkan dan dihaluskan. Tak ketinggalan untuk menambahkan beberapa jenis lalapan, seperti daun kemangi timur, terong bakar, jengkol, dan daun jambu monyet. Bahan tambahan ini kemudian dicampurkan dan diaduk menjadi satu.

2. Keripik
Keripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan. Tujuan pengolahan pisang menjadi kripik pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan/ memperpanjang kemanfaatan buah pisang. Prosedur Opersional Pengolahan Kripik Pisang terdiri dari beberapa kegiatan meliputi penyiapan bahan baku Kripik pisang, penyiapan peralatan Kripik pisang dan kemasan Kripik pisang, pengupasan Kripik pisang dan pengirisan Kripik pisang, pencucian Kripik pisang dan perendaman Kripik pisang, penggorengan Kripik pisang, penirisan minyak Kripik pisang, pemberian bumbu Kripik pisang, pengemasan Kripik pisang dan pelabelan Kripik pisang, serta penyimpanan Kripik pisang. 

3. Tempoyak
Tempoyak adalah masakan yang berasal dari buah durian yang difermentasi. Tempoyak merupakan makanan yang biasanya dikonsumsi sebagai lauk teman nasi. Tempoyak juga dapat dimakan langsung (hal ini jarang sekali dilakukan, karena banyak yang tidak tahan dengan keasaman dan aroma dari tempoyak itu sendiri) dan dijadikan bumbu masakan.
Tempoyak dikenal di Indonesia (terutama di Sumatera dan Kalimantan), serta Malaysia.

Tempoyak diriwayatkan dalam Hikayat Abdullah sebagai makanan sehari-hari penduduk Terengganu. Ketika Abdullah bin Abdulkadir Munsyi berkunjung ke Terengganu (sekitar tahun 1836), ia mengatakan bahwa salah satu makanan kegemaran penduduk setempat adalah tempoyak. Berdasarkan sejarah yang ada dalam Hikayat Abdullah, tempoyak merupakan makanan khas dari Malaysia.

Cara pembuatan
Adonan tempoyak dibuat dengan cara menyiapkan daging durian, baik durian lokal atau maupun durian monthong (kurang bagus karena terlalu banyak mengandung gas dan air). Durian yang dipilih diusahakan agar yang sudah masak benar, biasanya yang sudah nampak berair. Kemudian daging durian dipisahkan dari bijinya, setelah itu diberi garam sedikit. Setelah selesai, lalu ditambah dengan cabe rawit yang bisa mempercepat proses fermentasi. Namun proses fermentasi tidak bisa terlalu lama karena akan mempengaruhi rasa akhir.Setelah proses di atas selesai, adonan disimpan dalam tempat yang tertutup rapat. Diusahakan untuk disimpan dalam suhu ruangan. Bisa juga dimasukkan ke dalam kulkas (bukan freezer-nya) namun fermentasi akan berjalan lebih lambat.

Tempoyak yang berumur 3-5 hari cocok untuk dibuat sambal karena sudah asam namun masih ada rasa manisnya. Sambal tempoyak biasanya dipadukan dengan ikan Teri, ikan mas, ikan mujair ataupun ikan-ikan lainnya.


4. Gabing
Makanan khas Lampung ini terbuat dari batang kelapa muda. Bahan utama dari gabing memang cukup unik. Batang kelapa muda dipotong menyerupai lempengan kecil memanjang berukuran 3 sampai 4 cm. Kemudian direbus hingga lunak dan dimasukan bumbu rempah sampai tercium aroma yang kuat.Biasanya gabing ditambahkan daging atau jamur untuk menambah cita rasa. Rasa gurih dari santan berpadu dengan manis dari batang kelapa menciptakan rasa yang unik saat disantap.


5. Lapis legit
Kue yang sering kita jumpai di berbagai tempat ini merupakan kue asal Lampung yang sudah terkenal. Nah, jika kamu datang ke Lampung bisa menikmati kue yang memiliki tekstur lembut dengan cita rasa manis ini, lidahmu akan ketagihan jika sudah mencoba kue Lapis Legit. Kue ini biasanya dinikmati untuk cemilan santai di rumah dan ditemani dengan teh hangat, bahkan bisa juga disajikan pada berbagai acara untuk menemani acara  tersebut dengan hidangan kue lapis legit. Bahan untuk membuat lapis legit antara lain, telur, gula halus, susu kental manis, mentega, tepung terigu, Bumbu spekoek, vanili dan kayu manis. Untuk membuat kue ini, kamu perlu bereksperimen agar bisa mendapatkan hasil yang bagus, karena untuk membuatnya mudah-mudah sulit.


6. Engkak
Engkak merupakan makanan khas Lampung yang mempunyai cita rasa manis. Engkak terbuat dari bahan telur dan mentega yang diproses hingga menjadi makanan yang memiliki tekstur lembek. Makanan ini cocok disantap sebagai sarapan atau makanan ringan dipagi hari. Daftar bahan yang digunakan Engkak ialah Tepung ketan putih, gula pasir, telur ayam, santan, susu kental manis dan mentega. Dari semua bahan tersebut dicampur dan diaduk hingga merata. Kemudian siapkan Loyang 20×20 yang telah dioles mentega dengan di alasi kertas berih yang sering digunakan untuk mengalasi masakan, panggang kue seperti halnya lapis legit. Untuk 3 lapis pertama gunakan api bawah kemudian pindah api atas, balik adonan apabila adonan telah selesai.

7. Pandap

Pandap adalah makanan khas lampung yang sepintas mirip dengan pepes karena selain dibungkus dengan daun, cara pembuatannyapun hampir sama. Bahan-bahan untuk membuat pandap khas Lampung adalah daun pisang dan daun talas khusus (biasanya yang batangnya putih) sebagai pembungkus, lalu ikan laut (biasanya dipilih ikan simba dan tongkol) serta bumbu-bumbu yang terdiri dari kelapa parut, kelapa goreng, kunyit, lengkuas, cabe rawit, cabe merah, merica, garam dan asam jawa.

Setelah dibungkus dengan daun pisang dan daun talas, selanjutnya Pandap direbus. Proses perebusan pandap dilakukan sekitar delapan jam. Setelah perebusan bungkusan pendap diendapkan pada rantang yang sudah disiapkan agar mengeringkan air yang meresap dari proses perebusan.Proses pengendapan inilah yang menyebabkan makanan khas Lampung ini disebut dengan Pandap. Biasanya pandap disantap dengan masakan bersantan seperti gulai, dan seruit atau sambal mentah, yang didampingi lalapan-lalapan.

8. Geguduh

Panganan khas Lampung yang terbuat dari pisang yang dihaluskan dan dicampur dengan terigu, dimasak dengan cara digoreng. Rasanya manis karena menggunakan pisang jenis tertentu. Pisang kepok, bisa menjadi pilihan yang tepat.
Anda pun bisa membuat geguduh di rumah. Siapkan pisang kepok yang telah dihaluskan hingga lembut, tepung terigu, susu dan selai. Pisang dan tepung terigu diaduk hingga merata dan dicampurkan juga susu dan selai, setelah cukup merata, kemudian bentuk sesuai dengan keinginan dan goreng sampai matang.Untuk menambah aroma lebih sedap, Anda pun bisa meniru cara penduduk Lampung dengan menambahkan air sekapur sirih atau daun pandan.





DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James. 1997. Foklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Endraswara, Suwardi. 2013. Foklor Nusantara: Hakikat, Bentuk, dan Fungsi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
             (diakses pada tanggal 29 April 2018, pukul 22.13)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Kuliah Kerja Lapanngan (KKL) Pendidikan Bahasa Indonesia

Psikolinguistik hubungan berbahasa, berpikir, dan berbudaya

Permainan Rakyat dan Kepercayaan Rakyat Menggala